My Review!
Film yang akan saya review adalah film
yang diputar dalam acara Festival Film yang di adakan di Universitas Multimedia
Nusantara yaitu UCIFEST 9. UCIFEST adalah Festival Film internal UMN yang
kemudian menjadi Festival Film Nasional. UCIFEST 9 ini telah dilaksanakan
kemarin pada tanggal 13-15 November 2018 di UMN. UCIFEST ini melakukan
pemutaran dengan membagi beberapa sesi. Film yang akan saya review berada pada
sesi Idola masa kini. Sesuai dengan nama sesinya, film dalam sesi tersebut
membahas tentang “idola”. Judul film yang akan saya review adalah
“Deathcrow48”. Film ini bergenre documentary dengan subjek fans fanatik JKT48. Konflik
yang diangkat dari film ini adalah perbedaan pendapat dan cara mengekspresikan dukungan
kepada idola mereka. Subjek yang diikuti adalah fans fanatik JKT48 yang selalu
datang ke segala acara yang menghadirkan JKT48 seperti pensi sekolah, acara di
mall, hingga konser. Subjek mereka mengekspresikan dukungan mereka dengan
tarian bernama Wotagei. Buat yang belum mengetahui apa itu wotagei, sorakan atau gerakan tari khas yang dilakukan oleh penggemar ketika
menonton konser-konser idola Jepang.
Wotagei adalah bentuk memberikan dukungan dalam
acara-acara yang dilangsungkan oleh idola atau seiyu. Biasanya tarian ini juga
sambil membawa lightstick. Subjek dalam film ini juga mengoleksi postcard idola
mereka dan album.
Wotagei adalah bentuk memberikan dukungan dalam
acara-acara yang dilangsungkan oleh idola atau seiyu. Biasanya tarian ini juga
sambil membawa lightstick. Subjek dalam film ini juga mengoleksi postcard idola
mereka dan album.Wotagei adalah bentuk memberikan dukungan dalam
acara-acara yang dilangsungkan oleh idola atau seiyu. Biasanya tarian ini juga
sambil membawa lightstick. Subjek dalam film ini juga mengoleksi postcard idola
mereka dan album.
Sumber foto : https://www.youtube.com/watch?v=B7dQ5XGM7xE
Subjek dalam film ini menganggap dan punya prinsip bahwa mengangkat
lightstick dan wotagei adalah tradisi yang harus dipertahankan untuk menonton idola
mereka yaitu JKT48. Subjek tersebut mempunyai perbedaan pendapat dengan fans
JKT48 yang mendukung idola mereka di JKT48 dengan fotografi dan kamera. Menurut
subjek, fotografer tersebut jangan berada didepan dan menghalangi pandangannya.
Tradisi mereka mendukung idola mereka dengan fotografi adalah cara yang salah.
Namun dokumenter ini tidak hanya membahas dari satu sudut pandang saja.
Mereka juga menghadirkan sudut pandang fans JKT48 yang mendukung idola mereka
dengan menjadi fotografer konser JKT48. Fans tersebut ternyata juga dulunya
mendukung fans mereka dengan lightstick seperti fans lainnya pada umumnya.
Namun lama kelamaan mereka malu karena hal tersebut menjadi ejekan banyak
orang. Banyak yang menilai bahwa menyukai JKT48 dan mendukungnya dengan
lighstick adalah hal yang lebay dan berlebihan. Hal tersebut membuat mereka
mengubah kebiasaan mereka mendukung JKT48. Selain karena ejekan, pergantian cara
mendukung idola mereka juga didasari dengan rasa bosan dan merasa degan
fotografi dukungan mereka kepada idola lebih berguna dan bisa dikenang.
Menariknya film
dokumenter ini menghadirkan banyak pandangan. Walaupun konflik awal tentang
perbedaan pendapat namun disini menghadirkan sisi kemanusiaan dari seorang fans
fanatik JKT48 yang sering dianggap “alay” dan “lebay” namun mereka juga manusia
yang mendukung idolanya. Semua orang pasti memiliki idola dan mereka memilih
JKT48 sebagai idola mereka. Bahkan seorang fans bercerita bahwa banyak orang
yang meneriaki dirinya pada saat mendukung idola mereka. Mereka hanya fans yang
juga tidak ingin idola mereka di jelek-jelekkan. Subjek dokumenter ini juga
terlihat ia belajar dari pengalamannya menjadi fans yang tidak boleh tersulut
emosi jika idolanya dijelek-jelekkan orang. Menurut saya film
ini sangat bagus dan bisa membuka pikiran masyarakat yang masih berpikiran
buruk terhadap fans fanatik JKT48. Semua orang berhak untuk mengekspresikan
perasaan mereka melalui media apapun selama itu baik dan tidak merugikan orang
lain. Dokumenter ini juga membuat kita harus melihat masalah dari berbagai sisi
dan jangan berpikiran sempit karena terkadang masalah yang ada terjadi karena
kesalahpahaman antar dua belah pihak atau lebih.
Untuk yang tertarik
menonton film ini bisa menontonnya di festival film lain. Dan film ini terpilih
sebagai dominasi dokumenter pendek terbaik di Festival Film Indonesia. Mungkin
tulisan ini didasari oleh apa yang saya rasakan setelah menonton. Mohon maaf
jika ada kesalahan dan perbedaan interpretasi film dengan kalian semua. Terima
kasih!